KULIAH SENI? mengapa tidak…


Berbicara mengenai seni, mengusik kita untuk mengetahui lebih jauh mengenai dunia pendidikan yang berkonsentrasi dalam hal seni. Apakah senua orang yang menyukai seni akan mengambil kuliah seni pada akhirnya? Saat ini, tidak sedikit universitas yang menyediakan pendidikan seni bagi para mahasiswanya, baik yang berstatus negeri maupun swasta.

Suatu ketika dalam perbincangan melalui messengers, saya bertanya kepada Zilva (19), salah seorang teman saya sejak kecil yang sangat menggilai musik. Teringat bahwa saya memiliki blog seni yang harus diisi tulisan, maka perbincangan kami yang tadinya seputar kegiatan pribadi kami, saya ubah menjadi seputar kegiatan musiknya. Melalui perbincangan itu, dia membeberkan bahwa hingga saat ini dia masih menggeluti dunia musik yang mulai ia tekuni sejak kelas 5 SD.

Menurut Zilva, musik adalah pelarian, sarana untuknya untuk menghilangkan penaat ataupun bosan akan rutinitasnya sebagai mahasiswa jurusan Perminyakan-ITB. Piano, alat musik yang sudah dipelajarinya sejak SD itu juga menjadikannya sebagai salah seorang guru di sekolah musik ternama di Bandung. Meskipun sangat menyukai musik, Zilva merasa cukup mempelajarinya di pendidikan non-formal.

Itulah Zilva, yang rasa cintanya terhadap seni tidak membuatnya memutuskan untuk mengambil kuliah seni. Berbeda dengan Zilva dan beberapa orang yang tidak mengambil sekolah seni untuk menyalurkan bakat seninya, beberapa orang seperti Mario dan Fajar, mengambil kuliah seni untuk menyalurkan bakat seni yang mereka miliki.

Mario (21), adalah mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual, Institut Kesenian Jakarta (DKV IKJ), angkatan 2006. Kecintaannya menggambar sejak kelas 2 SMP mengantarkannya menjadi mahasiswa perguruan tinggi yang tersohor menghasilkan seniman-seniman berbakat. Menurut Mario, kecintaannya dalam menggambar membuatnya membulatkan tekad untuk melanjutkan kuliah di bidang seni. Dengan kesungguhannya, akhirnya dia berhasil menjadi mahasiswa DKV IKJ.

Sama halnya dengan Mario yang memilih kuliah seni, Fajar (20), juga memutuskan untuk secara serius menggeluti kesukaannya terhadap seni musik dengan menjadi mahasiswa jurusan Seni Musik salah satu universitas negeri di Bandung. Beruntung, Fajar didukung kedua orangtuanya untuk menempuh kuliah seni. Hobi bermain musik yang sudah digelutinya sejak SMP dapat tersalurkan melalui pendidikan formal yang diperolehnya dari kampus. Dan dengan kuliah di jurusan musik itu, wawasannya tentang seni musik bertambah luas.

Menempuh kuliah, apa pun itu, merupakan pilihan dengan pertimbangan tertentu bagi setiap orang. Beberapa orang mungkin menganggap kuliah seni belum terlalu penting karena seni dapat kita peroleh melalui pendidikan non-formal. Namun, bagi mereka yang benar-benar menyukai seni, menempuh pendidikan formal di bidang seni adalah pilihan yang sangat tepat.

Jadi, buat kamu yang menyukai seni dan ingin menempuh kuliah formal di bidang seni, KENAPA TIDAK.

Let’s Go, reach your dream




URBAN Art - GRAFFITY Art

Graffity?? Apaan tuh? Well, pernah gak kalian melihat tembok di jalan yang penuh sama coretan grafis yang sangat mencolok dan menarik ? Nah itu dia yang dinamakan seni grafiti atau Graffity (corat-coret tembok). Aktifitas membuat coretan ini dikenal dengan istilah ngebom. Sedangkan pembuatnya dibuat bombers. Coretan-coretan itu biasanya membentuk gambar orang, kata-kata yang meledek, atau inisial kelompok mereka.

“ Biasanya sih gambar yang gue bikin ama temen-temen gue itu gak terpatok sama satu gaya aja. Lebih ke freestyle sih,” ujar Mario, salah seorang bomber yang tergabung dalam Marleycrew.

Sebenarnya seni Graffity sudah ada sejak jaman purba, mesir kuno hingga jaman Romawi lho..


Ini dia SEJARAH GRAFFITY :
Graffity yang berasal dari bahasa Yunani "graphein" (menuliskan), diartikan sebagai coretan pada dinding atau permukaan di tempat-tempat umum, atau tempat pribadi. Coretan tersebut, bentuknya bisa berupa seni, gambar, atau hanya berupa kata-kata.
Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, graffity digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.

Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.

Kegiatan graffity digunakan sebagai sarana untuk menunjukkan ketidakpuasan. Hal ini baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri, graffity dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.

Sementara itu, penggunaan cat semprot untuk bikin sebuah graffity, mulai dikenal di New York, akhir tahun 60-an...

BEGINI CERITANYA :

Coretan pertama dengan cat semprot, dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang bernama Taki yang tinggal di 183rd Street Washington Heights, selalu menuliskan namanya, entah itu di dalam kereta subway, atau di bagian luar dan dalam bis. Taki183, gitu bunyi tulisan yang ia buat menggunakan spidol. Taki ini seperti ingin nunjukkin identitas dirinya. 183 yang ia tulis setelah namanya, nunjukkin tempat tinggalnya.

Gara-gara coretannya tersebut, orang-orang di seluruh kota jadi kenal dengan Taki, lewat coretan-coretan misteriusnya. Di tahun 1971, Taki diinterview oleh sebuah majalah terbitan New York.

Dari situlah, kepopuleran Taki diikuti oleh anak-anak seluruh New York. Anak-anak ini tertarik karena kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas mereka --disebut juga tagging-- pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota.

“ Gue kurang setuju kalo graffity disebut seni. Mungkin dulu iya, tapi sekarang bomber udah nganggep graffity itu lifestyle. Karena gaya hidup mereka diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Karena itu gue kurang setuju kalo nyebut garffity itu art. Gue lebih suka kalo graffity disebut sebagai urban art atau urban culture,” jelas Jati, mahasiswa Design Product Itenas.

.... Berilah tepuk tangan kepada mereka yang bisa menempatkan graffity sebagai seni jalanan atau urban art. Karena memang, jika dilihat dari sudut pandang lain, graffity bisa dijadikan sebagai penghias jalan yang kaku dan terkesan monoton.

“ Gue sih fine-fine aja sama graffity. Selain bisa menghias tembok dari iklan-iklan gak mutu, kan juga bisa ningkatin apresiasi orang-orang tentang graffity itu sendiri,” tambah Jati, mahasiswa yang juga pernah mengambil seni lukis di Jogja.

Namun, pikiran manusia memang berbeda-beda, ada yang mendukung adanya sebuah seni melukis yang di sebut dengan graffity, tapi ada juga yang benci dengan mereka-mereka yang suka membuat lukisan di tembok-tembok.

“ Gue sering banget dimarahin sama orang-orang yang gak seneng liat dinding yang udah gue coret-coret. Katanya sih ngerusak fasilitas, tapi ya gimana,” ungkap Mario, yang juga merupakan mahasiswa DKV IKJ ini.

Para seniman jalan yang menggeluti seni graffity sebenarnya bukanlah sembarang seniman karena graffity juga memerlukan daya khayal yang sangat tinggi, apalagi detail dari setiap lekukan dan bentuk graffity sangat diperhatikan nyaris sempurna. Graffity berbeda dengan coretan tembok yang mutlak mengganggu mata.

“Buat gue, graffity itu bukan sekedar coret-coret doang. Graffity itu yah salah satu pengungkapan ekspresi berkesenian gue dan ekspresi jiwa gue, dengan tembok sebagai medianya,” tambah Mario.

Semoga graffity tidak lagi dicap sebagai perusak wajah kota dengan sebuah pembuktian bahwa corat-coret tembok mereka bisa menghadirkan sebuah lukisan yang sangat menarik untuk kita semua.


referensi :
www.pasarkreasi.com

MEREKA YANG MENCOBA BERTAHAN DI TENGAH SENI KONTEMPORER


Sedikit renungan bagi kita, kaum muda yang mencintai seni kontemporer.

Beberapa hari yang lalu, ketika saya dan dua teman saya hendak pulang dari kampus, di gerbang depan kampus kami terlihat seorang kakek dengan dandanan tradisional tengah menari-nari kecil sambil mengapit kuda mainan diantara kedua kakinya. Dengan iringan musik tradisional yang sudah “sember”, sang kakek menari mengikuti irama. Salah satu teman saya yang berasal dari Jakarta berkata, “itu seni tradisional Sunda ya?”
“Ya, itu Kuda Renggong,” jawab teman saya yang satunya.
“Bukan tau, itu Kuda Lumping, kan kudanya boongan,” sanggah saya.
“Oh iya, Kuda Lumping,” timpal teman saya yang tadi menjawab salah.
Kami yang menjawab pertanyaan tadi sama-sama berasal dari Sunda, setidaknya kami besar di lingkungan Sunda. Namun, ketika saya mendengar jawaban salah dari teman saya itu, rasa prihatin tmbul. Memang benar, sekarang kita telah lupa dengan seni tradisional.

Kisah tadi hanyalah sepenggal realitas sehari-hari yang sangat mungkin terjadi di mana saja. Keberadaan seni tradisional saat ini memang jarang terjamah masyarakat muda, terkecuali mereka yang menggeluti seni tradisional dengan serius (melalui pendidikan formal mauun non formal). Tidak dapat dipungkiri, seni kontemporer yang terus menggempur, membuat kita lebih tertarik mengetahui seni baru yang lebih modern daripada menggeluti seni tradisional yang sebenarnya merupakan jati diri kita.

Lantas, seperti apakah sebenarnya potret kesenian tradisional saat ini? Bagaimanakah cara mereka bertahan di tengah maraknya seni kontemporer saat ini? Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, tim art.Mosphere mendatangi salah satu sanggar seni yang berada di kawasan Jatinangor-Sumedang-Jawa Barat.

Supriatna, pensiunan guru yang sejak tahun 80-an sudah menggeluti dunia seni tradisional adalah sosok yang saat ini memimpin sanggar sederhana bernama Motekar (kreatif, dalam bahasa Sunda) yang terletak di Sayang-Jatinangor. Sejak diresmikan tahun 2002, atas usul anaknya, Nila yang juga berprofesi sebagai guru, hingga saat ini Sanggar Motekar tetap berusaha berdiri untuk mewariskan peninggalan leluhur. Pewarisan tersebut diakukan dalam bentuk tarian, seni teater, nyanyian, sastra, seni bela diri, dan permainan alat musik. Dimana kesemuanya itu mengusung nafas seni tradisional Sunda yang sangat kental.



Supriatna mengakui, saat ini seni tradisional sudah jarang ditemui di masyarakat kita. Sebuah ironi memang. Di tengah arus globalisasi yang menuntut kita untuk memperlihatkan jati diri bangsa, kebudayaan dan seni tradisional secara perlahan mulai luntur, terkalahkan oleh budaya baru. Sebagai orang yang sangat mencintai budaya warisan leluhur, Supriatna dan keluarga, berusaha membangun sanggar seni yang mewadahi siapa saja yang ingin mempelajari seni dan budaya tradisional, dalam hal ini seni dan budaya Sunda.

Kegiatan-kegiatan yang ada di sanggar itu kebanyakan diikuti oleh anak sekolah. Mereka yang masih bersekolah di SD hingga beberapa yang merupakan siswa SMA kerap berlatih kesenian tradisional di Sanggar Motekar. Menurut Supriatna, sanggar tersebut memang lebih mengkonsentrasikan anak-anak sebagai peserta karena dia yakin, hanya dengan pewarisan lah budaya tradisional yang diwariskan leluhurnya akan terus berkembang.

Supriatna menyatakan keprihatinannya terhadap keberadaan seni tradisional yang terus mengalami kemunduran. Menurutnya, seni tradisional harus diperkenalkan kepada anak sejak dini, agar mereka mengenal dan mencintai budaya lokal. Dengan alasan itulah ia terus mempertahankan keberadaan Sanggar Motekar hingga saat ini untuk guna mewariskan seni dan budaya tradisional kepada generasi penerusnya.

Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, Supriatna dan beberapa staf sanggar Motekar akan terus mewariskan seni tradisional yang mereka miliki kepada anak-anak, dengan harapan suatu hari nanti satu di antara mereka akan menjadi penerus, menjadi orang yang kembali mewariskan kebudayaaan itu ke generasi selanjutnya.

Begitu pun kakek penari Kuda Lumping yang ada di depan gerbang Kampus Unpad-Jatinangor. Dengan tariannya yang sederhana, ia mencoba memperlihatkan kepada kita yang muda bahwa masih ada budaya tradisional yang harus kita apresiasi.

Kedua tokoh seni ini berusaha menjaga kelestarian nilai-nilai tradisional dengan cara mereka masing-masing agar budaya tradisional tidak cepat punah atau tergeser dengan budaya kontemporer. Sikap yang perlu kita contoh, bahwa kita sebagai generasi muda harus mampu terbuka dengan budaya baru, tapi tidak lupa akan akar kita, seni dan budaya yang lahir di tanah kita sendiri.


FOTOGRAFI: Melukis dengan Cahaya


Apa yang ada di bayangan kamu saat kata “melukis” terlontarkan? Mungkin kamu akan membayangkan kanvas, cat minyak, kuas, dan seseorang dengan menggunakan baret di kepalanya tengah sibuk menggoyang-goyangkan tangannya guna menghasilkan sebuah karya. Namun, bisakah kamu bayangkan bagaimana cara melukis dengan cahaya? Hhhmmm…seperti apa ya?

Melukis dengan cahaya merupakan arti dari fotografi. Fotografi, potret-memotret dan sebagainya yang menggunakan kamera dibantu flash, tripod, lighting, atau perlengkapan fotografi lainnya. Dengan menggunakan kamera, sebenarnya kita tengah mengahasilkan sebuah karya seni berupa foto yang dihasilkan melalui perpaduan bakat kita dengan kecerdasan alat bernama kamera. Dengan bantuan cahaya, kamera dapat menangkap “gambar” yang terlihat di depannya dan menjadikannya sebuah karya foto yang mengandung berjuta makna.


Seperti halnya melukis di atas kanvas yang memungkinkan terjadinya kesalahan, melukis dengan menggunakan cahaya pun sama. Tidak semua foto yang kita ambil dengan kamera kita menghadilakn sebuah karya yang bagus. Terkadang hasil foto kita over exposure, under exposure, atau bahkan blur. Namun, semua itu adalah proses kreativitas yang akan terus berkembang. Bagus tidaknya hasil lukisan yang tercipta akan memberikan pembelajaran bagi si pembuat yang akan mendorongnya untuk terus menghasilkan karya yang semakin bagus.


Dunia fotografi sekarang tidak hanya menjadi miik para profesional yang menjadikan fotografi sebagai profesi. Munculnya berbagai perkumpulan pecinta fotografi dengan berbagai cakupan yang digandrungi anak muda juga menjadi sinyal bahwa “seni melukis dengan cahaya” ini, sekarang telah menjadi milik masyarakat secara luas. Sering kita lihat, terutama di kota-kota besar Indonesia, anak muda, baik yang masih bersekolah, kuliah, maupun para dewasa muda, hilir mudik membawa kamera dan membidikannya ke berbagai objek untuk menghasilkan sebuah karya foto.


Beberapa jenis kamera yang sering digunakan oleh kaum muda untuk menghasilkan foto-foto mereka antara lain digital pocket camera, digital-SLR, dan LOMO. Digital pocket camera merupakan kamera yang paling praktis untuk digunakan dan mengambil gambar yang diinginkan. Seperti yang dikatakan Andika (20) mahasiswa penggiat dunia fotografi dari sebuah universitas negeri di Bandung, dari ketiga jenis kamera tadi, pocket lah yang paling enak karena praktis untuk digunakan memotret. Namun, jika ingin menikmati hasil yang maksimal, maka d-SLR yang menjadi pilihannya.


Lalitya (20), mahasiswa salah satu universitas negeri di bandung yang menyukai dunia fotografi juga mengatakan, d-SLR adalah kamera yang paling membuatnya nyaman untuk menghasikan foto-foto karyanya. Kamera digital-SLR merupakan kamera yang biasa digunakan profesional karena kelengkapan fiturnya yang memudahkan menciptakan hasil foto yang lebih hidup dibandingkan dengan penggunaan pocket kamera ataupun LOMO.


Sedangkan LOMO merupakan kamera yang berbentuk unik, lucu, dan berwarna-warni. Lensa yang terdapat dalam kamera ini pun bermacam-macam, hingga mampu menghasilkan foto dengan berbagai efek tertentu. Namun, karena lensa kamera LOMO merupakan lensa fix yang tidak dapat diganti, maka hasil foto dari satu jenis kamera LOMO cenderung sama jenisnya. Misalnya jika kita menggunakan kamera LOMO berlensa fisheye maka kita akan mendapatkan hasil foto yang berefek cembung. Saat ini LOMO merupakan salah satu kamera yang sangat digandrungi anak muda, sehingga perkumpulannya pun cukup banyak.


Jadi, kamu mau melukis dengan kamera yang seperti apa?



BODY PIERCING – NYERI ATAU SENI??

Jika pada tahun 70an, celana cutbrai populer di kalangan anak muda, lalu pada tahun 80an rambut gondrong juga mulai digemari. Maka sejak tahun 90an, giliran seni tindik tubuh lah atau body piercing yang digemari oleh anak muda dan sering dihubungkan dengan jiwa remaja yang memberontak dan tidak terikat aturan. Waw..

Tapi sebelumnya, bagaimana kalau kita mundur sebentar untuk mengetahui sejarah body piercing. Dari mana datangnya seni tindik tubuh ini? Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu penduduk di beberapa negara menganggap perhiasan di tubuh sebagai mode. Berbeda dengan tattoo yang bersifat permanen, perhiasan tubuh dapat diganti-ganti.

Di bawah ini adalah beberapa macam seni tindik tubuh dan sejarahnya:

• Di tulang rawan kuping : Berasal dari Afrika, Amerika Utara dan Amerika Selatan, Indonesia, dan India. Seni ini menyimbulkan kecantikan dan kemewahan.
• Di kuping : Seni tindik kuping ini menandakan pergantian status hidup keanggotaan didalam suatu kelompok.
• Di pipi : Para pria dari Aleutian Islands memakai tindik pipi ketika mereka berburu ikan paus. Dengan menindik pipi dengan tangkai pancing, mereka se-olah-olah mempunyai sungut untuk menakut-nakuti anjing laut sehingga perburuan mereka lebih sukses.
• Di alis mata dan pusar : Penduduk Mesir menggunakan tindik ini sebagain tanda keturunan darah biru.
• Di hidung : Untuk penduduk India, tindik hidung mencerminkan kecantikan.
• Di sekat hidung : Suku Aborigin di Australia menggunakan tulang untuk menindik tulang sekat mereka yang menandakan status pejuang.
• Di bibir : Berasal dari Australia, Guinea Baru, Afrika, India, Amerika Utara dan Amerika Selatan, dan Indonesia. Dalam upacara agama, tindik bibir ini menandakan proses anak menuju kedunia kedewasaan. Seni ini juga mencerminkan keindahan wajah.
• Di lidah : Suku Maya di Peru menindik lidah mereka ketika mereka mengadakan upacara agama untuk berbicara dengan nenek moyang mereka.
• Di puting susu : Pada abad ke 14, wanita-wanita Bavaria di Jerman memakai cincin berlian di puting susu dan merangkaikan kalung emas. Di jaman Romawi, para pria menindik puting susu sebagai status maskulin dan tanda keberanian.
• Di alat kelamin : Berasal dari Asia Tenggara, India, Yunani, Itali, Samoa, Kalimantan dan Cina. Pada dasarnya seni ini untuk meningkatkan kenikmatan dalam berhubungan badan.

Pada intinya, tiap orang memiliki alasan masing-masing kenapa ingin mencoba body piercing. Ada yang mencoba body piercing demi seni, tuntutan komunitas, mengikuti trend, hingga untuk ketenangan diri sendiri. Cara orang mengekspresikan diri pasti berbeda. Ada yang sudah nyaman dengan bergaya seperti layaknya orang biasa. Dan ada juga yang ingin tampil beda dan ingin dilihat unik. Nah, tindik tubuh atau body piercing bisa disebut pilihan bagi mereka yang ingin dilihat unik.


Seperti David (19), mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad, mengaku bahwa dirinya telah mencoba body piercing sejak SMA. “Awalnya gue cuma nyobain aja, tapi lama-lama piercing ini gue jadiin aksesoris gue buat nge-band. Buat ngedukung penampilan juga. Kan dulu gue sempet nge-band aliran punk gitu,” jelasnya. Lain lagi dengan Joza (22), mahasiswa Unpad, dirinya mengaku tertarik dengan body piercing sejak kelas 2 SMP. “Gak tau kenapa nindik bisa bikin gue tenang,” jelasnya.

Semua orang mungkin familiar dengan tindik telinga. Tapi, di luar itu banyak sekali bagian tubuh yang bisa ditindik. Mulai dari alis, hidung, bibir, dagu, lidah, pusar dan organ yang biasa tertutup rapat. Masing-masing negara menggunakan tradisi tua ini sesuai kebudayaan yang dianut. Sekitar lima ribu tahun lampau, di Mesir, tindik di pusar menjadi ritual, tentara Romawi menindik putingnya untuk menunjukkan kejantanan, Suku Maya menindik lidah sebagai ritual spiritual.

Lagi-lagi, tidak semua orang memiliki selera yang sama mengenai posisi dimana mereka akan ditindik. David misalnya, dia lebih memilih menindik di bibir, hidung, dan telinga. Namun lain lagi dengan Joza, “Sekarang sih tindikan gue udah lumayan banyak. Di telinga kiri ada 5 tindikan, telinga kanan ada 2, antara alis ada 1 tindikan, terus alis kanan gue ada 2 tindikan,” jelasnya.

Mengenai rasa sakit yang dialami oleh orang yang telah di piercing, mereka butuh waktu yang tidak sama untuk menyembuhkan rasa sakitnya. Yang pasti, proses menyembuhan tindik memakan waktu tergantung bagian tubuh yang dilubangi. “Tiap orang kan beda-beda ya. Kalo gue sih butuh 3 sampe 5 hari buat ngilangin rasa nyut-nyutannya, dan kalo buat perawatannya sih 3 hari sekali piercingan gue dilepas dan dibersihin pake alkohol,” jelas Joza.

Seperti halnya tattoo, body piercing sering dianggap sebagai tanda dari kebrutalan seseorang. Namun sebenarnya ada cara bagaimana menghapuskan image tersebut. “Pada intinya body piercing itu kan menusukkan benda ke dalam kulit atau tubuh, cara agar tidak identik dengan brutal atau hidup tidak teratur adalah mengkonsepnya dengan cara seimbang, karena konsep utama dalam piercing adalah keseimbangan,” jelas kent, pemilik dari kent tattoo.

Kent juga menjelaskan bahwa body piercing itu bukan brutal melainkan gaya dan seni. Kenapa demikian? Karena dalam budaya modern body piercing itu adalah membuat dekoratif pada tubuh kita dan cara bagaimana mengekspresikan diri kita.

Untuk lokasi tindik tubuh saat ini bisa dengan mudah kita temui. Bahkan saat ini hampir diseluruh gerai Distro juga menyediakan jasa body piercing. “Pertama kali gue ditindik waktu di di Distro Emo, Jakarta. Di Ciwalk juga ada sih..,” jelas David. “Di seberang Ciwalk juga ada kok, kalo gak salah nama studionya itu One Dae Tattoo,” Joza menimpali.

Trend seperti ini memang semakin berkembang. Bagi kalian yang memang tertarik dan ingin mengekspresikan diri, silahkan saja mencoba seni tindik tubuh ini, namun tetap harus memperhatikan ketepatan posisi dalam body piercing. Tapi pada intinya, balik lagi ke diri sendiri aja deh. Jangan memaksakan sesuatu yang pada dasarnya gak kalian suka, meskipun itu jadi trend...Cheerss.

Referensi :
http://cybermed.cbn.net.id

TATTOO - “SIMBOL SENI ATAU SIMBOL KRIMINAL”

Sekarang, tattoo udah bukan hal yang aneh lagi. Gak Cuma laki-laki yang ditattoo, tapi sekarang wanita pun udah banyak yang ditatto. Tessa (19), Mahasiswi Yayasan Akuntansi Indonesia ini nekat menato penuh punggungnya dengan alasan kalau ini pilihan hidupnya.

“ gue nattoo punggung gue karena ini pilihan dan jalan hidup gue,” jelasnya.

Umumnya, tattoo sangat dekat dengan budaya pemberontakan. Adanya pemakaian tattoo seakan-akan itu adalah budaya pemberontakan. Karena melanggar aturan dan ungkapan dalam agama tertentu. Maka makin sempurnalah tattoo sebagai sesuatu yang ditabukan dan diharamkan. Maka anak-anak muda memakai symbol tattoo sebagai simbol pembebasan. Merdeka. Hidup. Bebas. Chaos!!!

Image tentang tattoo, memang masih beraneka ragam. Tapi kebanyakan masyarakat masih menilai tattoo itu menyeramkan karena berkaitan dengan pelaku kriminal. Padahal, pada awalnya, tattoo itu dikenal sebagai nilai seni dan kecantikan atau symbol ritual, kepercayaan, ketimbang sebagai symbol kriminal.
Lalu kenapa tattoo identik dengan symbol kriminal? Awalnya, tattoo identik dengan symbol kriminal karena ketika zaman Romawi, para tahanan dirajahi (mentattoo) tubuh mereka agar mudah dikenali.

“Dulu memang tattoo selalu identik dengan hal-hal yang dianggap kriminal. Tapi kalau saya pribadi, kita harus menjalankan konsep dengan baik. Hal-hal seperti medical, fungsi, dan estetiknya juga harus diperhatikan. Selain itu saya rasa sekarang tidak sulit yah menjelaskan kepada masyarakat luas kalau tattoo bukan hal yang tabu lagi. Selama masih ada artis yang senang ditattoo, kenapa tidak jadikan mereka sebagai sarana untuk mempromosikan tattoo itu sendiri,” jelas kent, pemilik kent tattoo.

Sekarang, Tattoo atau seni rajah sudah dijadikan seni body painting karena ada nilai seni yang tidak terlihat dari coretan gambar yang terpampang di tubuh seseorang. Jika ada pendapat bahwa tattoo lebih dekat simbol kriminal, kita bisa melihat dari sisi lainnya. Tattoo merupakan salah satu cara dari jutaan cara untuk ungkapkan ekspresi dan menampilkan diri dimuka umum dengan jalan mencari perhatian atau kesenangan pribadi.

Bagi kent, tattoo itu adalah simbol yang berfungsi untuk filsafat, menutupi kelemahan tubuh seseorang (cacat sehabis opersai,misalnya), dan untuk fashion. “ Tattoo itu seni kok. Dengan tattoo kita bisa berkreasi melukiskan keindahan, tidak lagi di kanvas, kertas, tembok, atau kain. Melainkan di tubuh atau kulit manusia,” ungkapnya.

Kent mengakui bahwa tattoo justru dijadikan simbol untuk berfilsafat atau mengenang peristiwa tertentu, misalnya jika ada orang yang ingin ditattoo dengan bentuk hati, maka orang tersebut lebih memaknai tattoo tersebut sebagai wujud dari rasa cintanya kepada pasangannya.

Well, kalau ditelusuri, sebenarnya seni tattoo itu sudah eksis lebih dari 12.000 tahun SM. Bayangin tattoo itu sudah ada pada suku-suku Mesir Kuno, Inca, Maori dan Polynesian. Kata tattoo berasal dari tahitian kata tatau, yang berarti “untuk membuat tanda”. Tatau berarti menandai atau menusuk kulit. Tattauing atau tattooing adalah kata yang diperkenalkan ke Eropa oleh Captain James Cook setelah 1769 ekspedisi ke Pasifik Selatan.

Dalam kehidupan berbudaya, tattoo memiliki arti dan fungsi yang berlainan. Intinya tiap suku itu memiliki makna religius untuk menggunakan tattoo.

Berikut fungsi tattoo di beberapa suku :

• Etnis Maori di New Zealand : Mereka merajah pada wajah dan pantat berbentuk spiral sebagai tanda keturunan yang baik.

Di Kepulauan Salomon : mereka mentatto di wajah anak-anak perempuan sebagai ritual guna memulai tahapan baru dalam kehidupan mereka.

• Di Sudan pada suku Nuer : tatto anak laki-laki sebagai symbol keberanian.

• Suku Indian : melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu

• Bangsa Yunani kuno : bagi mereka , tattoo digunakan sebagai tanda pengenal para anggota dari badan intelijen mereka, alias mata-mata perang pada saat itu. Tattoo juga digunakan untuk komunikasi antara Spies. Di sini tattoo menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut

• Bangsa Romawi : mereka memakai tattoo sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, dan Tattoo juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya.

• Di Tiongkok : Budaya Tattoo terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang telah diwarisi oleh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memilik kebiasaan mentato wajahnya. Riwayat adat-istiadat Tattoo etnis Drung ini muncul sekitar akhir masa Kedinastian Kaisar Ming (sekitar 350 tahun yang lalu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan, para wanita tersebut kemudian mentato wajah mereka untuk membuat mereka kelihatan kurang menarik di mata sang penculik. Meskipun kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oleh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung mentato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai sebuah simbol pendewasaan diri.

• Suku Mentawai di Indonesia : Seorang perempuan muda akan makin cantik bila memiliki banyak tattoo. Intinya perempuan ini akan dikagumi laki-laki bila memiliki banyak body painting.

• Suku Dayak di Indonesia : Bagi mereka, seorang laki-laki yang di tattoo lengannya memiliki keberanian luar biasa, karena penah memenggal kepala musuhnya.

Dulu jika ingin membuat tattoo, sang pembuat harus menggunakan arang tempurung kepala tua dan dicampur dengan tetesan air tebu dengan menggunakan duri, tulang binatang atau lidi, tangkai kayu, jarum, dan bambu yang diruncing lalu dirajah atau ditattoo. Orang-orang Eskimo misalnya, memakai jarum yang terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubih. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.

Tapi sekarang, membuat tattoo sudah sangat mudah. Tintanya telah diperjualbelikan di toko dan alatnya terbuat dari dynamo walkman yang jarumnya berputar. “Untuk membuat tattoo, yang harus diperhatikan itu kesterilan alatnya. Jangan sampe make jarum yang sama untuk menato orang yang berbeda,” jelas kent.

Meskipun cara membuatnya sekarang berbeda, tetap saja rasa sakitnya tidak pernah berubah.. kalau saja teknik pembuatannya masih tidak berubah, apakah masih ada orang yang berani mencoba seni tattoo ini untuk alasan kesenangan pribadi atau coba-coba??


referensi :
http://mappajarungi.multiply.com
http://www.articlesnatch.com

Microsoft Surface, “Meja” Multi fungsi


Sekarang, ada teknologi baru lagi pada sistem komputerisasi yaitu microsoft surface. Ini adalah sebuah produk komputer yang memiliki fitur multi-sentuh dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft. Fitur multi-sentuh merupakan perpaduan dari teknologi perangkat lunak dan perangkat keras komputer yang memungkinkan seorang pengguna atau banyak pengguna untuk mengoperasikan komputer dengan menggunakan sentuhan tangan atau obyek lain di atas permukaannya.

Untuk lebih jelasnya, Microsoft Surface adalah salah satu teknologi baru yang dikeluarkan oleh Microsoft yang ditujukan untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan aktifitas. Keunggulan utama dari produk ini adalah fitur multi-sentuhnya. Produk yang dikeluarkan oleh Microsoft ini pada dasarnya adalah sebuah komputer bersistem operasi Windows Vista yang telah dimodifikasi dan dibenamkan ke dalam meja yang kemudian ditutupi oleh permukaan reflektif berukuran 30 inchi dalam sebuah bingkai akrilik.

Sebuah proyektor di bawah permukaannya memproyeksikan gambar ke atas permukaan. "Penglihatan" yang dimiliki microsoft surface tercipta dari gelombang cahaya infra merah berukuran 850 nanometer yang diproyeksikan ke permukaan komputer. Lima buah kamera di bagian dalam meja, merekam pantulan-pantulan sinar infra-merah yang terpancar dari jari-jari manusia. Kamera tersebut juga bisa mengenali obyek yang disimpan di atas permukaannya, bila obyek tersebut memang memiliki spesifikasi khusus yang dapat dikenali Microsoft Surface.

Pengguna bisa berinteraksi dengan komputer ini dengan cara menyentuh atau menggeser-geserkan jari tangannya di atas permukaan meja. Bahkan obyek seperti kuas cat-pun dapat digunakan untuk berinteraksi dengan komputer. Selain itu, benda-benda elektronik seperti telepon seluler, PDA bahkan peralatan makan, juga dapat berinteraksi dengan Microsoft Surface, cukup dengan meletakannya di atas permukaan meja. Hingga saat ini hanya kalangan tertentu yang mampu menggunakan Microsoft Surface karena harganya melambung. Namun, seperti yang dikemukakan oleh pengembangnya, diharapkan tahun 2010 produk ini dapat dipasarkan secara meluas dengan harga yang lebih terjangkau.

SEJARAH MICROSOFT SURFACE

Teknologi multi-sentuh yang dimiliki Microsoft surface setidaknya sudah ada sejak 25 tahun yang lalu, saat Universitas Toronto menemukan teknologi tablet multi-sentuh (multi-touch tablet) dan Bell Labs menemukan teknologi layar multi-sentuh (multi-touch screen). Sedangkan di Microsoft sendiri, ide untuk membuat sebuah produk yang memiliki fitur multi-sentuh, muncul sejak tahun 2001. Konsep awalnya muncul dari Steven Bathiche, staf hardware Microsoft, dan Andy Wilson, staf riset Microsoft. Pada bulan Oktober 2001, sebuah tim dibentuk, dengan Batiche dan Wilson sebagai pemimpinnya. Tim ini bertugas untuk membawa ide produk berfitur multi-sentuh menuju ke tahapan pengembangan.

Pada tahun 2003, tim tersebut mempresentasikan idenya kepada pemimpin Microsoft, Bill Gates. Kemudian, sebuah prototip yang diberi nama 'T1' berhasil diproduksi dalam waktu satu bulan. Tim yang sama juga mengembangkan beberapa perangkat lunak untuk prototip baru tersebut, termasuk permainan pinball, aplikasi pelihat foto, serta puzzle video. Tahun-tahun berikutnya, Microsoft membuat hingga 85 buah prototip awal Microsoft Surface. Sedangkan rancangan akhir untuk perangkat kerasnya sendiri, berhasil diselesaikan pada tahun 2005.

Microsoft Surface pertama kali diumumkan kepada publik oleh CEO Microsoft Steve Ballmer pada tanggal 30 Mei 2007 pada konferensi 'D: All Things Digital' yang diselenggarakan oleh The Wall Street Journal di Carlsbad, California. Pada tanggal 1 April 2008, Microsoft dan AT&T mengumukan bahwa AT&T akan menjadi toko ritel pertama yang memasarkan Microsoft Surface, dimulai pada tanggal 17 April 2008.


CARA KERJA MICROSOFT SURFACE

Microsoft Surface menggunakan camera untuk menggerakan tangan dan sentuhan. Pengguna penginput MS kemudian diproses dan di tampilkan mengunakan bagian belakang proyektor. Spesifikasinya:

  • MS menggunakan bagian belakang sistem proyeksi dimana tampilan gambarnya diatas bagian permukaan bawah pada sebuah alat penyebaran.
  • Objek-objek seperti jari-jari memungkinan melalui alat penyebar dari jenis camera sensitive infrared, yang posisinya dibawah tampilan.
  • Gambar diproses sistem pemrosesan gambar kamera untuk mendeteksi jari-jari, tanda pengenal, dan objek-objek seperti kuas cat ketika menyentuh tampilannya.
  • Objek-objek yang di akui dengan sistem ini di laporkan untuk penggunaan dalam computer, maka dari itu mereka dapat merespon pada bentuk objek, tampilan 2D, gerakan dan sentuhan.

KEGUNAAN MICROSOFT SURFACE

Microsoft Surface pertama-tama akan digunakan oleh para konsumen yang bergerak di bisnis perhotelan, restoran, hiburan serta militer. Bagi perusahaan perhotelan, komputer ini bisa digunakan untuk memilih menu di restoran atau digunakan di kamar-kamar hotel untuk merencanakan tempat-tempat yang akan dikunjungi tamu, di luar hotel. Hotel Starwood berencana untuk menggunakan Microsoft Surface agar memungkinkan para konsumennya untuk meletakkan kartu kredit di atas permukaan komputer, kemudian menggunakannya untuk membayar layanan-layanan hotel yang telah dinikmati.

Microsoft Surface juga rencananya akan digunakan di toko telepon seluler T-Mobile, agar para konsumen bisa membandingkan harga dan fitur dari dua buah telepon seluler dengan cara meletakkan kedua buah telepon seluler tersebut di atas permukaan komputer.


DAMPAK ADANYA MICROSOFT SURFACE

Kehadiran Microsoft Surface sangat memudahkan bagi manusia. Aktifitas manusia yang rumit bias dipermudah dengan ,enggunakan fasilitas ini, seperti contoh : Fasilitas ini memungkinkan Anda untuk memiliki beberapa aplikasi dalam beberapa jendela. Bayangkan jika Anda ingin melihat album foto di komputer Anda bersama dengan tiga atau empat dari teman-teman Anda, bayangkan saja setiap orang mencoba untuk melihat mereka. Microsoft Surface memungkinkan orang untuk duduk di dalam posisi yang berbeda dan melihat gambar.

Namun fasilitas ini juga bisa sangat merugikan bagi manusia. Bayangkan jika Anda pergi ke restoran dan tempat sebuah gelas anggur di atas meja yang sebenarnya Microsoft Surface. Anda memilih anggur pilihan Anda dan pesanan yang diterima oleh staf, tanpa satu kata komunikasi lisan. Tidak ada pelayan yang akan menyapa Anda dan tersenyum pada Anda saat Anda membayar pesanan. Hubungan emosional dan social yang sering terjadi dalam kehidupan manusia pun menjadi semakin berkurang.

SPESIFIKASI MICROSOFT SURFACE


Nama Produk : MICROSOFT SURFACE

PENGEMBANG : Microsoft

SISTEM OPERASI : Microsoft Surface menggunakan sistem operasi Windows Vista yang telah dimodifikasi serta memiliki konektivitas Ethernet 10/100, [[IEE 802.11|nirkabel 802.11 b/g dan Bluetooth 2.0.

BENTUK : Microsoft Surface berbentuk seperti meja dengan tampilan berukuran 30 inchi (76 cm), dengan tinggi sebesar 22 inchi (56 cm), kedalaman 21 inchi (53 cm) dan lebar 42 inchi (107 cm). Permukaan atas Microsoft Surface berbahan akrilik

HARGA : $ 5.000 - $ 10.000

Berikut contoh dari Microsoft Surface yang bisa dilihat di :

http://www.youtube.com/watch?v=_g0DN1xVfUs

http://www.youtube.com/watch?v=Zxk_WywMTzc

Informasi mengenai Microsoft Surface ini juga bisa dilihat di :

http://www.microsoft.com/surface/


Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_Surface

http://themaniax.blogspot.com/2009/03/microsoft-surface-teknologi-touch.html

http://www.microsoft.com/SURFACE/about_faqs/faqs.aspx

http://ganto.web.id/index.php?option=com_content&task=view&id=238&Itemid=45

 

Copyright © 2009 art.Mosphere Designed by csstemplatesmarket

Converted to Blogger by BloggerThemes.Net