URBAN Art - GRAFFITY Art

Graffity?? Apaan tuh? Well, pernah gak kalian melihat tembok di jalan yang penuh sama coretan grafis yang sangat mencolok dan menarik ? Nah itu dia yang dinamakan seni grafiti atau Graffity (corat-coret tembok). Aktifitas membuat coretan ini dikenal dengan istilah ngebom. Sedangkan pembuatnya dibuat bombers. Coretan-coretan itu biasanya membentuk gambar orang, kata-kata yang meledek, atau inisial kelompok mereka.

“ Biasanya sih gambar yang gue bikin ama temen-temen gue itu gak terpatok sama satu gaya aja. Lebih ke freestyle sih,” ujar Mario, salah seorang bomber yang tergabung dalam Marleycrew.

Sebenarnya seni Graffity sudah ada sejak jaman purba, mesir kuno hingga jaman Romawi lho..


Ini dia SEJARAH GRAFFITY :
Graffity yang berasal dari bahasa Yunani "graphein" (menuliskan), diartikan sebagai coretan pada dinding atau permukaan di tempat-tempat umum, atau tempat pribadi. Coretan tersebut, bentuknya bisa berupa seni, gambar, atau hanya berupa kata-kata.
Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, graffity digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.

Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.

Kegiatan graffity digunakan sebagai sarana untuk menunjukkan ketidakpuasan. Hal ini baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri, graffity dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.

Sementara itu, penggunaan cat semprot untuk bikin sebuah graffity, mulai dikenal di New York, akhir tahun 60-an...

BEGINI CERITANYA :

Coretan pertama dengan cat semprot, dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang bernama Taki yang tinggal di 183rd Street Washington Heights, selalu menuliskan namanya, entah itu di dalam kereta subway, atau di bagian luar dan dalam bis. Taki183, gitu bunyi tulisan yang ia buat menggunakan spidol. Taki ini seperti ingin nunjukkin identitas dirinya. 183 yang ia tulis setelah namanya, nunjukkin tempat tinggalnya.

Gara-gara coretannya tersebut, orang-orang di seluruh kota jadi kenal dengan Taki, lewat coretan-coretan misteriusnya. Di tahun 1971, Taki diinterview oleh sebuah majalah terbitan New York.

Dari situlah, kepopuleran Taki diikuti oleh anak-anak seluruh New York. Anak-anak ini tertarik karena kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas mereka --disebut juga tagging-- pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota.

“ Gue kurang setuju kalo graffity disebut seni. Mungkin dulu iya, tapi sekarang bomber udah nganggep graffity itu lifestyle. Karena gaya hidup mereka diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Karena itu gue kurang setuju kalo nyebut garffity itu art. Gue lebih suka kalo graffity disebut sebagai urban art atau urban culture,” jelas Jati, mahasiswa Design Product Itenas.

.... Berilah tepuk tangan kepada mereka yang bisa menempatkan graffity sebagai seni jalanan atau urban art. Karena memang, jika dilihat dari sudut pandang lain, graffity bisa dijadikan sebagai penghias jalan yang kaku dan terkesan monoton.

“ Gue sih fine-fine aja sama graffity. Selain bisa menghias tembok dari iklan-iklan gak mutu, kan juga bisa ningkatin apresiasi orang-orang tentang graffity itu sendiri,” tambah Jati, mahasiswa yang juga pernah mengambil seni lukis di Jogja.

Namun, pikiran manusia memang berbeda-beda, ada yang mendukung adanya sebuah seni melukis yang di sebut dengan graffity, tapi ada juga yang benci dengan mereka-mereka yang suka membuat lukisan di tembok-tembok.

“ Gue sering banget dimarahin sama orang-orang yang gak seneng liat dinding yang udah gue coret-coret. Katanya sih ngerusak fasilitas, tapi ya gimana,” ungkap Mario, yang juga merupakan mahasiswa DKV IKJ ini.

Para seniman jalan yang menggeluti seni graffity sebenarnya bukanlah sembarang seniman karena graffity juga memerlukan daya khayal yang sangat tinggi, apalagi detail dari setiap lekukan dan bentuk graffity sangat diperhatikan nyaris sempurna. Graffity berbeda dengan coretan tembok yang mutlak mengganggu mata.

“Buat gue, graffity itu bukan sekedar coret-coret doang. Graffity itu yah salah satu pengungkapan ekspresi berkesenian gue dan ekspresi jiwa gue, dengan tembok sebagai medianya,” tambah Mario.

Semoga graffity tidak lagi dicap sebagai perusak wajah kota dengan sebuah pembuktian bahwa corat-coret tembok mereka bisa menghadirkan sebuah lukisan yang sangat menarik untuk kita semua.


referensi :
www.pasarkreasi.com

5 komentar:

deliciooouuusss mengatakan...

it's too long, but u make differences from the other..
i lov graffity

art.Mosphere mengatakan...

tengs..i love graffity too.hehe

ipularab mengatakan...

GRAFFITY = KEINDAHAN....
karya seni yang indah,,asli,,apa ada nya...
dukung terus seni Graffity...

ipularab is LIKE THIS yoo...

Marley crew.

Putera Hasudungan Aritonang mengatakan...

saya pengen nyoba bikin gravity...
ada saran?

art.Mosphere mengatakan...

ipul : pasti yoo pul.
semangat juga bantuin marleycrwe bikin grafitty..
hiasi jalanan dengan corat-coret yang bisa bikin orang berdecak kagum..cckckck

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 art.Mosphere Designed by csstemplatesmarket

Converted to Blogger by BloggerThemes.Net